BNI sebagai sebuah bank pemerintah yang juga merupakan bank pertama di Indonesia, memiliki visi untuk menjadi bank yg terdepan yang mampu meningkatkan daya tanggap dalam memenuhi permintaan nasabah, sekaligus meningkatkan daya saing. Untuk mencapai itu, BNI harus bisa mempercepat waktu luncur produk-produk terbarunya. Yang berarti juga harus mempecepat proses pengembangan sistem TI untuk mendukung produk baru tersebut.
Pada Desember 2006, BNI merasa tertantang untuk mengimplementasikan SOA untuk mencapai visinya itu. Dan setelah melalui 4 fase implementasinya, kini BNI mampu menyediakan sistem berbasis TI untuk mendukung bisnisnya dengan peningkatan efisiensi sebesar 50-70%.
PT. BANK NEGARA INDONESIA TBK.
Bank Negara Indonesia atau BNI (IDX: BBNI; nama lengkap: PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.) adalah sebuah bank pemerintah di Indonesia. BNI dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Gatot M. Suwondo.
BNI adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1946.
BNI telah berkembang menjadi bank dengan aset nomor tiga terbesar di Indonesia. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang dan subcabang di Indonesia dan 5 di luar negeri; 51 gerai Syariah; lebih dari 2.300 ATM; SMS banking lebih dari 400 ribu user; Internet banking personal dan korporat sebanyak 35.400 user; serta lebih dari 55 Sentra Kredit.
Sejarah BNI
- 1946: Didirikan dan dipersiapkan menjadi Bank Sirkulasi atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang Republik Indonesia atau ORI.
- 1955: Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1955. Di tahun yang sama Bank Negara Indonesia membuka cabang pertamanya di luar negeri, yaitu di Singapura.
Anak Perusahaan
BNI mempunyai 9 anak perusahaan. Mereka adalah:
• PT BNI Multi Finance
• PT Bina Usaha Indonesia
• PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia
• PT BNI Nomura Jafco Investment
• PT BNI Securities
• PT Pembiayaan Artha Negara
• PT BNI Nomura Jafco Ventura Satu
• PT BNI Nomura Jafco Manajemen Ventura
• PT BNI Life
PERMASALAHAN
Sekitar pertengahan 2006 pihak manajemen BNI meminta kepada Divisi IT agar bisa menyediakan solusi yang membuat bank mampu merespons dengan cepat permintaan nasabah, sekaligus mempercepat masa peluncuran produk ke pasar. Dan aplikasi TI baru itu harus bisa disediakan dengan cepat.
Sejauh ini BNI telah memiliki hampir semua aplikasi yang dibutuhkan guna mengantarkan produk dan layanannya ke nasabah. Hanya saja Divisi TI membutuhkan waktu rata-rata tiga bulan untuk membuat aplikasi produk atau layanan perbankan baru. Dengan tempo segitu akan membatasi kemampuan bank merespons permintaan nasabah. Padahal seringkali untuk sebuah layanan perbankan dibutuhkan beberapa aplikasi TI yang terkait.
SOLUSI PERMASALAHAN BNI
Untuk mengatasi masalah BNI tersebut di atas, BNI membutuhkan solusi yang memungkin mereka untuk menggunakan kembali (re-use) aplikasi yang sering dipakai dalam sebuah proses pelayanan nasabah. Dengan pendekatan seperti ini, maka proses pengembangan aplikasi yang terkait dengan peluncuran produk/layanan baru, bisa dipercepat secara signifikan.
Semisal, aplikasi Open Account yang digunakan setiap kali ada nasabah yang membuka rekening baru. Aplikasi ini sudah tersedia terkait dengan produk BNI, seperti pada sistem layanan tabungan, pinjaman, deposito berjangka dan bahkan di file informasi nasabah. Kalau sudah ada tentunya Divisi TI BNI tidak perlu menulis program yang sama ketika meluncurkan produk baru. Karena mereka bisa menggunakan kembali dan menghubungkan layanan yang sudah tersedia saja. Untuk mengatasi masalah BNI tersebut di atas, BNI membutuhkan solusi yang memungkin mereka untuk menggunakan kembali (re-use) aplikasi yang sering dipakai dalam sebuah proses pelayanan nasabah. Dengan pendekatan seperti ini, maka prosespengembangan aplikasi yang terkait denganpeluncuran produk/layanan baru, bisa dipercepat secara signifikan.
Dengan pertimbangan tersebut, solusi terbaik yang dapat digunakan oleh BNI adalah teknologi Service Oriented Architecture (SOA).
Implementasi SOA di BNI
Kemampuan SOA yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang memerlukan unit pendukung yang fleksibel dan menjadi jembatan yang mengintegrasikan bisnis dan layanan dengan menggunakan teknologi yang sudah ada, membuat BNI akhirnya mempertimbangkan untuk mulai mengadopsi SOA dari IBM pada Desember 2006. Implementasi SOA di BNI kemudian dijalankan secara bertahap dan berkelanjutan.
Secara garis besar implementasi SOA ini dilakukan dalam empat fase. Fase pertama, perubahan pola pikir (mind set change). Hal ini dimulai dengan program SOA awareness kepada seluruh pihak terkait dengan tujuan agar semua entitas yang terlibat dengan arsitektur sistem ini memiliki persepsi dan visi yang sama.
Fase kedua, penetapan blueprint arsitektur SOA. Fase ini merupakan tahapan yang cukup penting karena cetak biru arsitektur inilah yang men-drive fase-fase berikutnya.
Fase ketiga, memperkuat infrastruktur SOA dan mengimplementasi komponen cetak biru arsitektur. Dalam praktiknya, untuk infrastrukturnya, BNI menggunakan server IBM System p595 dan System p590 untuk menjalankan MQ Series dan sistem pendukung lain seperti MessageBroker. BNI juga menggunakan solusi DataPower, WebSphere, Rational, dan beberapa solusi dari keluarga IBM Information Management System. Pada fase ini, metode yang digunakan adalah mengadakan lokakarya dengan IBM guna memberi pelatihan mengenai tool yang digunakan dalam SOA. Dalam fase ini pula dicarikan solusi untuk masalah yang ditemukan dalam implementasinya, baik berdasarkan praktik di perusahaan lain maupun yang ditemukan di negara lain.
Terakhir, fase keempat, mengintegrasikan antara bagian (user) kelompok bisnis dan teknologi.
Manfaat yang didapat BNI dari implementasi SOA
Melalui SOA orang-orang bisnis bisa lebih fokus pada urusan bisnisnya, dan tim TI bisa dengan cepat memenuhi permintaan kebutuhan bisnis. Namun Penerapan SOA ini tidak seperti proyek lainnya, karena proyek ini berkelanjutan. Dalam kenyataannya, Implementasi SOA melibatkan semua unsur di BNI, baik unit TI maupun unit-unit bisnis. Dengan terlibatnya unit bisnis membuat mereka sadar akan adanya cost-benefit sebuah pengembangan bisnis berbasis TI. Pada tahap awal, departemen yang terlibat meliputi departemen yang ada di Divisi Teknologi (mulai dari Departemen Governance, Pengembangan, QA, hingga Operasional).
Saat ini, BNI telah mengalihkan layanan Internet banking, mobile banking dan ATM-nya ke dalam infrastruktur SOA. Inilah yang membuat bank ini mampu menambahkan dengan cepat fitur-fitur baru ke pembagai saluran elektroniknya.
Tahap selanjutnya dari proyek ini adalah mengimplementasi WebSphere Service Register &Repository, yang akan mengatur berbagai jenis layanan. Tool ini berfungsi mengelola gudang layananyang sudah didefinisikan dan digunakan di BNI.Peranti lunak ini juga dapat melacak versi dari program tertentu. Jika tim pengembangan bisnis meminta Divisi TI membuat aplikasi baru untuk sebuah produk baru, hal pertama yang dilakukan programmer adalah memeriksa apakah ada layanan yang dapat digunakan kembali – dengan atau tanpa modifikasi – sebelum mereka memutuskan untuk membuat program (aplikasi) baru.
Pihak BNI merasa implementasi SOA sejauh initelah memberi banyak manfaat, terutama dalam meningkatkan pelayanan nasabah. Bagi mereka manfaat yang bisa diambil dari penerapan SOA yang benar adalah delivery time pengembangan aplikasi yang lebih cepat, dan fleksibilitas dalam memenuhi permintaan pasar. Pasalnya, aplikasi yang telah dikembangkan merupakan layanan yang bersifat reusable, atau dapat digunakan untuk pengembangan sistem yang lain, dan bisa diintegrasikan dengan jenis layanan yang lain.
BNI juga merasakan meningkatnya efisiensiwaktu dalam pengembangan sistem berbasis TI. Jika sebelumnya proses ini memakan waktu hingga tiga bulan, kini bisa dipersingkat menjadi satu bulan atau dua minggu. Misalnya, ketika Garuda Indonesia, salah satu mitra besar bisnisnya, ingin agar pelanggannyadapat membayar tiket melalui Internet banking BNI, berkat SOA bank ini dapat menambahkan fitur itu hanya dalam waktu tiga minggu. Cepatnya time to market (waktu luncur ke pasar) tentu dapat meningkatkan daya tanggap bank untuk memenuhi permintaan nasabah, sekaligus meningkatkan daya saing.
Kini, dari sisi waktu luncur ke pasar, BNI dapatmengirim produk baru ke pasar rata-rata 60% lebih cepat dari sebelum menggunakan SOA. Untuk penambahan fitur pada produk yang sudah ada, development time-nya bisa lebih cepat rata-rata 70%. Dari sisi utilisasi sumber daya – misalnya, tenaga programmer – bisa ditingkatkan hingga 50%.
Selain itu, melalui penerapan SOA ini terjadiperubahan pola pikir dari yang tadinya programming centric menjadi business centric. Berarti, bisa memperkecil kesenjangan antara unit bisnis dan unit TI. Pemahaman yang baik atas permintaan unit bisnis pada akhirnya tercermin dari delivery produk yang cepat, akurat dan menguntungkan. Yang tak kalah penting, transformasi proses bisnis ke dalam bahasa TI juga jauh lebih mudah dan cepat, sehingga peran TI tidak saja sebagai unit pendukung, tapi juga sebagai mitra unit bisnis untuk mendefinisikan kepentingan bisnis ke dalam bahasa TI. Dengan katalain, SOA membuat unit bisnis dan TI saling berbicaradengan bahasa yang bisa dipahami oleh kedua pihak. Misalnya, layanan Open Account kini tidak lagi didefinisikan dengan menggunakan jargon teknis yang tidak dimengerti oleh orang bisnis. Praktiknya, Open Account tidak lagi dipandang sebagai aplikasi teknis melainkan sebuah layanan.
Melalui SOA, pengembangan aplikasi menjadilebih terarah dan terdefinisi sejak awal, karena seluruh proses pengembangan sampai ke operasional terkontrol dengan baik. Di samping itu, dengan SOA perhitungan cost-benefit aplikasi yang hendak dikembangkan lebih akurat. Layanan pembayaran pajak misalnya, semula hanya dapat disediakan melalui teller BNI. Namun, melalui konsep SOA, kini layanan itu bisa dijalankan lewat ATM ataupun Internet banking. Boleh dibilang, dalam sekejap layanan baru seperti itu bisa disediakan. SOA membantu para programmer bekerja lebih efisien. Sebab, setiap kali tim pengembangan bisnis meminta sebuah aplikasi baru, programmer tidak langsung membuatnya, melainkan akan memeriksa dulu apakah sudah memiliki layanan yang diperlukan. Jika memang ada, layanan itu bisa dihubungkan untuk menciptakan sebuah aplikasi baru.
PENUTUP
Masalah dan Tantangan
BNI Membutuhkan suatu solusi untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang pesat, terutama agar bisa merespons dengan cepat permintaan nasabah dan mempercepat waktu luncur ke pasar.
Langkah Problem Solving
Mengadopsi konsep Service Oriented Architecture (SOA), yang didasari penggunaan kembali dan penyambungan layanan yang sudah ada untuk menciptakan aplikasi baru secara cepat. Dengan menggunakan kembali layanan itu, diharapkan dapat menghemat waktu secara signifikan.
Manfaat yang Dipetik
DAFTAR PUSTAKA
[1] Erl Thomas, 2005, ”Service-Oriented Architecture: Concepts, Technology, and Design”, Prentice Hall PTR.
[2] Bank Negara Indonesia. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Negara_Indonesia, diakses 2 Januari 2008).
[3] SWA Majalah, “Menyusun Arsitektur TI Ala BNI”, No. 01/XXIV/9, 9 Januari 2008.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.